Sufism, Religious Tolerance and Diversity: Eight nutrients in the book of Kimyâ al-Sa' Âdah by Imam al-Ghazali

Authors

  • Harapandi Dahri Director of Jawi Studies Center and book Turath KUPU SB

Keywords:

Sufism, Religious Tolerance And Diversity

Abstract

Bahagia merupakan cita-cita semua makhluk Tuhan yang berakal, karena itu mereka rela melakukan apa saja untuk mendapatkan kebahagiaan tersebut. Cara halal bahkan tak jarang menerjang cara-cara di luar syariat tidak menjadi hambatan. Padahal Rasulullah Sallallahu 'Alaihi Wasallam dalam hadits wasiat yang ditegaskan untuk sayyidina Ali Karramallahu Wajhahu; Wahai Ali, sesiapa yang memakan makanan halal, maka agamanya akan bersih, hatinya akan lembut dan doanya dikabulkan Allah Azza Wajalla. Sementara makanan syubhat akan mengotorkan agama dan menjadikan hati gelap-gulita dan makanan haram dapat merusak agama, doa tertolak, hati menjadi keras dan ibadah menjadi kurang. Artikel ini akan membahas mengenai kebahagiaan kehidupan manusia di dunia mahupun di akhirat dilandasi oleh beberapa faktor yaitu mengenal Allah Rabbul Izzati dengan media mengenal diri sendiri, mengenal alam semesta, mengenal sifat-sifat dan ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Mengenal diri sendiri dengan mencari asal muasal kejadian kita lalu menjawab tujuan kehidupan dan tujuan akhir dari sebuah kehidupan. Bahagia tidak hanya dilihat dari banyaknya harta, indahnya penampilan, tingginya posisi sosial mahupun cerdas dan baiknya kasta yang dimiliki, melainkan bahagia ialah saat hati tersambung dengan ilahi Rabbi, ketika hati senantiasa merindukan rasulullah, memberi manfaat bagi makhluk Allah yang lain, al-Qur'an selalu menjadi amalan dan ketika pengetahuan senantiasa bertambah dengan berinteraksi bersama ahli al-ilm.

Downloads

Published

2022-12-30